I. Pengertian Zakat :
Zakatyaitu membersihkan harta benda,tiap-tiap orang Islam yang mempunyai harta benda banyak pula cukup nishabnya,wajiblah membersihkan (memberikan sebahagian hartanya itu) kepada orang-orangfakir miskin dan sebagainya.
II. Harta Benda yang Wajib Dizakati:
a. Harta yang berharga, seperti uang, emas, perak dan sebagainya (dsb)
b. Binatang piaraan, seperti kerbau, sapi, kambing, unta, dsb.
c. Tanam-tanaman(buah-buahan), seperti padi, gandum, jagung, dsb.
d. Harta perniagaan (dagangan).
e. Harta rikaz (galian) yaitu harta orang zaman dahulu yang terpendam di dalam tanah.
III. Syarat Zakat :
a. Milik penuh (al-milk at-tam) yang berarti harta tersebut berada dalam kekuasaannya dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Ia juga harus didapatkan melalui proses pemilikan yang dibenarkanmenurut syariat islam, seperti: usaha, warisan, pemberian negara atau orang lain.
b. Berkembang yang berarti harta tersebut dapat bertambah atauberkembang bila diusahakan atau mempunyai potensi untuk berkembang.
c. Mencukupi nishab yang berarti mencapai ketentuan jumlah minimal yang telah ditetapkan dalam syara'. Harta yang tidak sampai nishabnya terbebas dari zakat.
d. Lebih dari kebutuhan pokok (al hajat al-ashliyyah) yang berarti melebihi kebutuhan minimal yang diperlukan seseorang dan keluarga yang menjadi tanggungannya untuk kelangsungan hidup.
e. Bebas dari utang yang berarti bagiseseorang yang mempunyai utang sebesar nishab yang harus dibayar pada waktuyang sama, harta tersebut bebas dari zakat.
f. Berlalu satu tahun (al-haul) yang berartipemilikan harta tersebut sudah berlalu selama satu tahun.
IV. Cara Mengeluarkan Zakat :
Setelah dihitung dengan sempurna,hendaklah tetapkan dihati dengan tulus dan ikhlas bahwasanya kita mengeluarkan zakat harta benda ini adalah semata-mata menunaikan perintah Allah SWT yang telah diwajibkan kepadakita. Setelah itu berniat:
Nawaitu an ukhrija shadaqatal mafrudhati ‚alayyalillahi ta'ala
Artinya:
Sengaja saya mengeluarkan sedekah (zakat) yang difardhukan (diwajibkan) atas
saya karena AllahTa'ala.
V. Orang-Orang yang Berhak Menerima Zakat :
Adapun yang berhak menerima zakat adalah 8 (delapan)orang sebagaimana firman Allah Ta'ala yang tersebut dalam Al-Qur'an suratAt-Taubah Ayat 60. Mereka adalah:
a. Fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta, pulatidak mempunyai penghasilan yang tentu.
b. Miskin adalah orang-orang yang mempunyai penghasilan yangtentu, tetapi penghasilannya tidak mencukupi keperluan sehari-hari.
c. Amil adalah orang-orang yang bekerja, menghimpun danmembagi-bagi zakat kepada yang berhak menerimanya.
d. Muallaf adalah orang-orang yang masihlemah hatinya seperti yang baru masuk Islam. Mereka diberi zakat supaya menjadi kuat hatinya tetap memeluk agama Islam.
e. Riqab adalah hamba (budak) yang akandimerdekan oleh tuannya.
f. Gharim adalah orang yang menyamai hutangyang tidak kuasa (tidak bisa) membayarnya.
g. Sabilillah adalah orang-orang yang suka relaberperang pada jalan Allah (meninggikan Agama Islam) dengan tidak memandang upah atau pangkat dan sebagainya.
h. Ibnu Sabiil adalah orang-orangyang bepergian jauh (musafir) yang bukan untuk pekerjaan maksiat, seperti orang-orang yang pergi menuntut ilmu.
VI. Zakat Fitrah :
Zakat fitrah adalah zakat makanan yang dimakan setiaphari di dalam suatu negeri, misalnya beras atau gandum dan mengeluarkannya itu sebelum sholat hari raya I'edul Fitri. Besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg Beras.
VII. Zakat Profesi/Penghasilan :
Zakat profesi sering diqiyaskan dengan zakat hartapenghasilan. Dengan demikian, hasil profesi seseorang apabila telah memenuhikewajiban zakat, wajib baginya menunaikan zakat. Hasil profesi yang dimaksudadalah seperti: gaji pegawai, upah karyawan, pendapatan dokter, insinyur,advokat, dan lain-lain yang mengerjakan profesi tertentu.
Termasuk juga pendapatan yang diperoleh dari modal yang diinvestasikan di luar sektor perdagangan, seperti pada mobil, kapal,percetakan, dan lainnya dengan persyaratan satu tahun. Besarnya nishab zakatprofesi/penghasilan ini adalah sebesar 520 kg beras. Jadi, dengan asumsi hargaberas saat ini adalah Rp.5000,-maka nilai nishabnya adalah sebesar Rp.5.000 x520 kg beras = Rp 2.600.000,-.
VIII. Zakat Maal/Harta:
Mal (harta) adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki(dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut ghalibnya (kelaziman)seperti rumah, mobil, ternak, hasil pertanian, uang, emas, perak.
VIX. Perhitungan Nishab Zakat Maal (Harta):
a. Harta Peternakan besar (seperti Sapi, Kerbau,Kuda, Kambing)
b. Harta Peternakan Besar (seperti unggas ayam,bebek, burung dan perikanan)
Pada peternakan kecil, nishab tidak dihitung berdasarkanjumlah (ekor) namun berdasarkan skala usaha. Nishabnya sebesar 85 gram emas.
Contoh perhitungan: Misalnya seorang peternak ayam broiler memelihara 1000 ekor ayam per minggu. Pada akhir tahun (tutup buku) terdapat laporan keuangansebagai berikut:
1. Ayam broiler 5.600 ekor seharga Rp. 15.000.000
2. Uang kas/bank setelah pajak Rp. 10.000.000
3. Stok pakan dan obat-obatan Rp. 2.000.000
4. Piutang (dapat tertagih) Rp. 4.000.000
Jumlah: Rp. 31.000.000
5. Utang yang jatuh tempo Rp. 5.000.000
Saldo: Rp. 26.000.000
Besar zakat yangwajib dikeluarkan: 2.5% x Rp. 26.000.000,- = Rp. 650.000,-
c.Harta Emas dan Perak
Nishab emas adalah sebesar 85 gram emas murni dan perak adalah sebesar 672 gram perak.
Contoh perhitungan: Misalnya seorang memiliki simpanan harta sebagai berikut:
1. Tabungan Rp. 5.000.000
2. Uang tunai (diluar kebutuhan pokok) Rp. 2.000.000
3. Perhiasan emas (berbagai bentuk) 100 gram @ 120.000 Rp. 12.000.000
Jumlah:Rp. 19.000.000
4.Utang Rp. 1.500.000
Saldo Rp. 17. 500.000
Besar zakat yangwajib dikeluarkan: 2.5% x Rp. 17.500.000,- = Rp. 437.500,-
d.Harta Uang Simpanan
Nishab harta simpanan adalah sebesar 85 gram emas murniatau senilai Rp. 17.000.000,- pada bulan Agustus 2008.
Contoh Perhitungan
Tahun haul: 01-03-2006 sampai 29-02-2007
Nishab: Rp. 17.000.000,-
Saldo terakhir: Rp. 25.200.000,-
Besar zakat yang wajib dikeluarkan: 2.5% x Rp. 25.200.000,- = Rp. 630.000,-
e. Harta Perniagaan
Jika sebuah perniagaan yang bergerak di bidangperdagangan, industri, agro industri, jasa, baik yang dikelola secara individuataupun badan usaha (PT. CV. Yayasan, Koperasi, dll) pada akhir tahun memilikikekayaan (modal kerja dan untung) setara dengan 85 gram emas, maka ia wajibmengeluarkan zakat sebesar 2.5 %.
Jika Bapak/Ibu/Saudara/i ingin menunaikan Zakat, Infak, Sodaqoh melalui WAHDI CENTRE 20'5 Silahkan langsung menghubungi Sekretariat WAHDICENTRE 20'5 di 0815.8569.6775 atau 021-9791.4041 atau melalui:
1. Bank Jabar Banten KCP Pondok Gede No.rek 000-9704-3611-00 a/n Ormas Wadah Da'wah Islamiyah (WAHDI CENTRE)
2. BCA Kcp. Plaza Sentral No. Rek.: 4411161166 a/n Dita Tania Maharani.
3. Kami akan datang ke rumah Bapak/Ibu/Sdr/i
Perhitungan Nishab Zakat dan Pengertiannya
Penyaluran Dana Zakat Fitrah, Zakat Maal, Infaq dan Sodakoh
Kepada Yth.:
Kaum Muslimin & Muslimat
Di Tempat
ﺃﻠﺴﻼﻡ ﻋﻟﻴﮑﻢ ﻮﺭﺤﻣﺔ ﷲ ﻭﺑﺭﻛﺎﺗﻪ
Segala Puji dan Puja bagi Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang diberikan kepada kita, Shalawat dan Salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Salam sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak/Ibu/Saudara/i dalam keadaan sehat dan senantiasa lancar dalam menjalankan aktifitas sehari-hari.
Tanpa terasa, saat ini kita sudah memasuki Bulan Ramadhan, bulan yang paling suci diantara semua bulan. Untuk itu, kami atas nama organisasi WAHDI (Wadah Da’wah Islamiyah) CENTRE 20’5 memohon maaf apabila selama kami berhubungan dengan Bapak/Ibu/Saudara/i ada kesalahan kata dan perbuatan. Semoga dengan saling memaafkan kita dapat menunaikan ibadah puasa ini dengan khusyu’ dan ibadah kita lebih baik dari tahun-tahun kemarin.
Berhubungan dengan Bulan Ramadhan 1431 H dan melalui surat ini kami ingin menyampaikan bahwa WAHDI CENTRE 20’5 bekerjasama dengan Masjid Jami’ Tarbiyaqtul Falah dapat menerima dan menyalurkan zakat fitrah, zakat maal (zakat profesi, zakat perniagaan), infaq dan sedekah yang untuk selanjutnya akan disalurkan kepada orang tua jompo, keluarga tidak mampu dan anak yatim piatu. Untuk itu, kami mengharapkan agar Bapak/Ibu/Saudara/i dapat menyalurkan kewajiban zakatnya melalui WAHDI CENTRE 20’5 sehingga dapat berbagi kebahagiaan Ramadhan dan Idul Fitri dengan orang-orang yang berhak menerima zakat tersebut.
Sebagaimana diketahui, kedudukan zakat dalam agama Islam bukanlah suatu anjuran namun kedudukan zakat dalam agama Islam adalah suatu kewajiban yang nilai wajibnya sejajar dengan rukun islam lainnya. Dalam bulan Ramadhan ini, kita wajib hukumnya mengeluarkan zakat fitrah dan zakat maal. Zakat maal menjadi wajib dikeluarkan apabila total penghasilan selama 1 (satu) tahun telah mencapai atau melebihi nishab zakat (batas minimum wajib zakat) yang nilainya setara dengan 85 gr Emas. Besarnya zakat maal adalah 2.5% dari total nilai tersebut. Dan jika penghasilan selama 1 (satu) tahun tersebut belum mencapai nishab zakat, maka umat Islam sangat dianjurkan untuk mengeluarkan Infaq dan Sedekahnya sesuai dengan kemampuan.
Kami percaya bahwa Bapak/Ibu/Sdr/i telah menyadari pentingnya mengeluarkan zakat sesuai dengan perhitungan, pentingnya infaq, serta sodaqoh. Untuk penjelasan lebih detil mengenai perhitungan Zakat ini, Bapak/Ibu dapat melihat tulisan mengenai Perhitungan Nishab Zakat di Web ini. Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i mendapat kesulitan dalam melakukan perhitungan, insya Allah kami dapat membantu.
Akhir kata, besar harapan kami Bapak/Ibu/Sdr/i selaku Muzakki/Donatur (Pembayar Zakat, Infaq, Sedekah) dapat menyalurkan kewajibannya melalui WAHDI CENTRE 20’5 Semoga Zakat, Infaq, Sedekah yang telah dikeluarkan diterima dan dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT. Amin.
ﻮاﻟﺴﻼﻡ ﻋﻟﻴﮑﻡ ﻮﺭﺤﻣﺔ ﷲ ﻮﺒﺭﮐﺎﺘﻪ
Bekasi, 25 Agustus 2010
BADAN AMIL ZAKAT INFAK & SODAQOH
WAHDI CENTRE 20’5
Hormat kami,
H.Zainal Abidin Madjid, Lc
Kepala Divisi Pendidikan, Sosial
& Dakwah WAHDI CENTRE 20’5
Ahmad Awalludin
Sekretaris Divisi Pendidikan, Sosial
& Dakwah WAHDI CENTRE 20’5
Mengetahui,
Ust. H. Wahyudi Madjid, S.Ag
Ketua Umum WAHDI CENTRE 20’5
Maukah Kita Untuk Maju?
Oleh: Ust.H.Wahyudi Madjid, S.Ag
Allah SWT berfirman :
“Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga ia merubah nasibnya sendiri”
Pada sebuah kisah, disebuah hutan belantara ada seekor induk singa yang mati setelah melahirkan anaknya, bayi singa yang lemah itu hidup sebatang kara tanpa perlindungan induknya. Beberapa waktu kemudian segerombol kambing datang melintasi tempat itu, bayi singa itu menggerak – gerakan tubuhnya yang lemah. Seekor induk kambing tergerak hatinya, ia merasa kasihan melihat anak singa yang lemah dan hidup sebatang kara itu, dan muncullah nalurinya untuk merawat dan melindungi bayi singa itu.
Sang induk kambing lalu menghampiri bayi singa itu, membelai dengan penuh kehangatan dan kasih sayang, merasakan hangatnya kasih sayang seperti itu si bayi singa tidak mau berpisah dengan sang induk kambing. Ia terus mengikuti kemana saja induk kambing pergi, jadilah ia bagian dari keluarga besar rombongan kambing.
Hari berganti hari, dan anak singa itu tumbuh dan besar dalam asuhan induk kambing dan hidup dalam komunitas kambing, ia menyusu, makan, minum, bermain bersama anak – anak kambing, bahkan anak singa yang mulai beranjak besar itupun mengeluarkan suara layaknya kambing, ia mengembik bukan mengaum. Ia merasa dirinya adalah kambing, tidak berbeda dengan kambing – kambing lainnya, ia sama sekali tidak pernah merasa bahwa dirinya adalah seekor singa. Suatu hari, terjadi kegaduhan luar biasa, seekor serigala buas masuk memburu kambing untuk dimangsa, kambing – kambing berlarian panik semua ketakutan, induk kambing yang juga ketakutan meminta anak singa itu untuk menghadapi serigala.
“Kamu singa, cepat hadapi serigala itu ! cukup keluarkan auman yang
keras dan serigala itu pasti lari ketakutan “ Kata induk kambing pada anak singa
yang sudah tampak besar dan kekar. Tapi anak singa yang sejak kecil hidup ditengah – tengah komunitas kambing itu justru ikut ketakutan dan malah berlindung di balik tubuh induk kambing, ia berteriak sekeras – kerasnya yang keluar dari mulutnya adalah suara embikan (suara kambing), sama seperti kambing yang lain bukan auman. Anak singa itu tidak bias berbuat apa – apa ketika salah satu anak kambing yang tak lain adalah saudara sesusunya diterkam dan dibawa lari serigala. Induk kambing sedih karena salah satu anaknya tewas dimakan serigala, ia menatap anak singa dengan perasaan marah. “Seharusnya kamu bisa membela kami ! seharusnya kamu bisa menyelamatkan saudaramu ! seharusnya kamu bisa mengusir serigala yang jahat itu !“. Anak singa itu hanya bisa menunduk, ia tidak faham dengan maksud perkataan perkataan induk kambing, ia sendiri merasa takut pada serigala sebagaimana kambing – kambing yang lain, anak singa itu merasa sangat sedih karena ia tidak bisa berbuat apa – apa.
Hari berikutnya serigala itu datang lagi, kembali memburu kambing – kambing untuk disantap, kali ini induk kambing tertangkap dan telah dicengkeram oleh serigala. Semua kambing tidak ada berani menolong, anak singa itu tidak kuat melihat kambing yang telah ia anggap sebagai ibunya, dicengkeram serigala, dengan nekat ia lari dan menyeruduk serigala itu, serigala kaget bukan kepalang, melihat ada seekor singa dihadapannya, ia melepaskan cengekeramannya. Serigala itu gemetar ketakutan, nyalinya habis, ia pasrah ia merasa hari itu adalah akhir hidupnya. Dengan kemarahan yang luar biasa anak singa itu berteriak keras, “Emmmbeeeek!!!!”. Lalu ia mundur kebelakang, mengambil ancang – ancang untuk menyeruduk lagi, melihat tingkah laku anak singa itu, serigala yang ganas dan licik itu langsung tahu bahwa yang ada dihadapannya adalah singa yang bermental kambing. Tak ada bedanya dengan kambing. Seketika itu juga ketakutannya hilang, ia menggeram marah dan siap memangsa kambing bertubuh singa itu atau singa bermental kambing itu!. Saat anak singa itu menerjang dengan menyerudukan kepalanya layaknya kambing, sang serigala telah siap dengan kuda –kudanya yang kuat. Dengan sedikit berkelit, serigala itu merobek wajah anak singa itu dengan cakarnya.
Anak singa itu tersungkur dan mengaduh, seperti kambing mengaduh, sementara induk kambing menyaksikan peristiwa itu dengan rasa cemas yang luas biasa. Induk kambing itu heran, kenapa singa yang kekar itu kalah dengan serigala, bukankah singa adalah raja hutan? Tanpa memberi ampun sedikitpun, serigala itu menyerang anak singa yang masih mengaduh itu, serigala itu siap menghabisi nyawa anak singa itu, disaat yang krisis itu, induk kambing tidak tega, dengan sekuat tenaga menerjang sang serigala. Sang serigala terpelanting, anak singa bangun.
Dan tepat pada saat itu, seekor singa dewasa muncul dengan auman yang dahsyat, semua kambing ketakutan dan merapat, anak singa itu juga ikut takut dan ikut mendekat. Sementara sang serigala langsung lari terbirit – birit saat singa dewasa hendak menerkam kawanan kambing itu. Namun, tiba-tiba ia terkejut karena melihat di tengah kawanan –tengah kawanan kambing itu ada seekor anak singa. Beberapa ekor anak kambing langsung lari, termasuk anak singa yang juga ikut lari. Singa dewasa itu masih bingung, ia heran kenapa anak singa itu lari mengikuti kambing? Ia mengejar anak singa itu dan berkata, “Hai kamu jangan lari ¡ kamu anak singa bukan anak kambing !“. Namun anak singa itu terus lari dan lari, sementara singa dewasa terus mengejar. Ia tidak lagi mengejar kawanan kambing, tapi malah mengejar anak singa. Akhirnya anak singa itu tertangkap. Anak singa itu ketakutan, “Jangan bunuh aku, ammmpuun !“, “Kau anak singa, bukan anak kambing, aku tidak membunuh anak singa”, kata singa dewasa. Dengan meronta – meronta anak singa itu berkata, “Tidak aku aku anak kambing! Tolong lepaskan aku !”
Anak singa itu meronta dan berteriak keras, suaranya bukan auman tapi suara embikan, persis seperti suara kambing. Sang singa dewasa heran bukan main, bagaimana mungkin ada anak singa bersuara kambing dan bermental kambing. Dengan geram atau marah ia menyeret anak singa itu ke danau. Ia harus menunjukan siapa sebenarnya anak singa itu melihat bayangan dirinya sendiri. Lalu membandingkan dengan singa dewasa. Begitu melihat bayangan dirinya, anak singa itu terkejut, “Oh, rupa dan bentukku sama dengan kamu. Sama dengan singa, si raja hutan !”. “Ya, karena kamu anak singa. Bukan anak kambing !“ Tegas singa dewasa. “Jadi aku bukan anak kambing ? aku adalah seekor singa !”, kata anak singa. Ya kamu adalah seekor singa, raja hutan yang berwibawa dan ditakuti oleh seluruh isi hutan ! Ayo aku ajari bagaimana menjadi seekor raja hutan!“ Kata sang singa dewasa. Singa dewasa lalu mengangkat kepalanya dengan penuh wibawa dan mengaum keras. Anak singa lalu menirukan dan mengaum dengan keras. Mengaum, menggetarkan sentero hutan. Tak jauh dari situ serigala ganas itu lari semakin kencang, ia ketakutan mendengar auman anak singa itu. Anak singa itu kembali berteriak dengan penuh kemenangan, “Aku adalah seekor singa ! raja hutan yang gagah perkasa !”. Singa dewasa terenyum bahagia mendengarnya.
Kita mungkin tersentak oleh kisah anak singa di atas! Jangan–jangan kondisi kita, sebagian besar orang di sekeliling kita mirip dengan anak singa di atas. Sekian lama hidup tanpa mengetahui jati diri dan potensi terbaik yang dimilkinya. Betapa banyak manusia yang menjalani hidup apa adanya, biasa–biasa saja, ala kadarnya. Hidup dalam keadaan terbelenggu oleh siapa dirinya yang sebenarnya. Hidup tanpa semangat hidup yang seharusnya. Hidup tanpa kekuatan nyawa terbaik yang dimilkinya.
Mari kita amati orang–orang yang ada disekitar kita. Diantara mereka ada yang telah menemukan jati dirinya, hidup dinamis dan berprestasi. Sangat faham untuk apa ia hidup dan bagaimana ia hidup. Hari demi hari ia lalui dengan penuh semangat dan optimis, detik demi detik yang dialuinya adalah kumpulan prestasi dan rasa bahagia. Semakin besar rintangan menghadap semakin besar pula semangatnya untuk melakukannya. Namun tidak sedikit pula yang hidup apa adanya atau bisa dibilang banyak. Mereka hidup apa adanya karena tak memiliki arah yang jelas, tidak faham untuk apa ia hidup, dan bagaimana ia harus hidup. Kita sering mendengar orang–orang yang ketika ditanya, “Bagaimana anda menjalani hidup Anda?” atau “Apa prinsip hidup anda?”, mereka menjawab dengan jawaban yang filosofis, “Saya menjalani hidup ini mengalir bagaikan air. Santai saja.”
Tapi sayangnya mereka tidak benar–benar mengetahui filosofi ’mengalir bagaikan air’. Mereka hanya memahami bahwa hidup mengalir bagaikan air yang hidup santai. Sebenarnya jawaban itu mencerminkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengisi hidup dengan cara hidup yang berkualitas. Hal ini disebabkan karena mereka tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Seperti anak singa di cerita di atas yang sebenarnya ia adalah ’seekor singa’ tapi tidak kalau dirinya ’seekor singa’. Seperti halnya si anak singa, banyak orang juga menganggap dirinya adalah ‘seekor kambing’ dan tetap menjadi ”seekor kambing” karena mereka selama ini hanya hidup dalam ‘kawanan kambing’, tidak tersadar bahwa ia dapat menjadi sesuatu yang lain
Filosofi menjalani hidup mengalir bagaikan air yang dimaknai dengan hidup santai saja, atau hidup apa adanya bisa dibilang prototipe, gaya hidup sebagian besar penduduk negeri ini. Bahkan bisa jadi itu adalah gaya hidup sebagian masyarakat dunia islam saat ini. Bila kita amati orang di sekitar kita yang dari masih kita kecil hingga kita dewasa, pekerjaan mereka tidak berubah, bahkan teman–teman yang dulu ketika di bangku sekolah dasar atau teman–teman bermain yang terlihat begitu rajin dan cerdas, yang dulu pernah bercita–cita mau jadi ini dan itu, ternyata keadaannya saat ini sangat jauh dari cita-citanya. Orang- orang yang dulu hidup memprihatinkan ternyata sampai sekarang tidak berubah.Kenapa kita tidak berubah? Jawabannya karena mereka tidak mau berubah.Kenapa mereka tidak mau berubah?. Jawabannya karena mereka tidak tahu bahwa mereka harus berubah. Bahkan kalau mereka harus tahu harus berubah, mereka tidak tahu bagaimana caranya mereka berubah. Sebab mereka terbiasa hidup pasrah, hidup tanpa rasa berdaya dalam keluh kesah. Dan cara hidup seperti itu yang terus diwarisi turun temurun.
Ada seorang sastrawan terkemuka, yang saat melihat kondisi bangsa yang sedemikian akut rasa tidak berdaya-nya sampai dia mengatakan, “Aku malu jadi orang Indonesia”. Dimana mana, kita lebih banyak menemukan orang–orang lemah, hidup apa adanya dan tidak terarah. Orang–orang yang tidak tahu potensi terbaik yang diberikan oleh AllAH kepadanya. Orang–orang yang rela ditindas oleh hawa nafsu hingga membuat dirinya hina. Padahal sebenarnya jika mau, pasti bisa hidup merdeka, jaya, berwibawa dan sejahtera.
Tak terhitung berapa jumlah masyarakat negeri ini yang bermental kambng, meskipun sebenarnya mereka adalah singa!. Banyak yang minder dengan bangsa lain, seperti mindernya singa bermental kambing pada serigala dalam kisah diatas. Padahal sebenarnya, Bangsa ini adalah bangsa besar! Ummat ini adalah ummat yang besar !. Ingatkah kita akan kejayaan nenek moyang pada zaman dahulu, seperti Kerajaan Sriwijaya yang perkasa menguasai nusantara (termasuk Malaysia dan Brunei Darussalam) dan juga Kerajaan Majapahit yang digjaya dan adi kuasa. Lebih dari itu, bangsa ini, sebenarnya dan ini tidak mungkin disangkal, adalah mayoritas ummat islam terbesar didunia dimana terdapat dua ratus juta ummat islam di negeri tercinta Indonesia ini.
Dua ratus juta ummat islam di Indonesia, maknanya adalah dua ratus juta singa, penguasa belantara dunia!. Itulah yang seharusnya. Tetapi sayang, dua ratus juta yang sebenarnya justru bermental kambing dan berperilaku layaknya kambing. Bukan layaknya singa!. Yang memprihatinkan, ada yang sudah sadar dan menyadari dirinya sesungguhnya singa tapi lebih memilih untuk tetap menjadi kambing. Karena terbiasa menjadi kambing maka ia malu menjadi singa, malu untuk maju dan berprestasi! Dan, yang lebih memprihatinkan lagi, mereka yang memilih tetap menjadi kambing itu menginginkan yang lain tetap menjadi kambing. Sebab mereka tidak mampu jadi singa dan merasa nyaman jadi kambing. Dan, yang paling menyedihkan, mereka tidak ingin orang lain jadi singa, bahkan mereka ingin orang lain jadi kambing yang lebih bodoh.
Marilah kita hayati diri kita sebagai seekor singa. Allah SWT telah memberi predikat kepada kita sebagai umat terbaik di muka bumi. Karena itu, marilah kita bermental menjadi umat terbaik. Jangan menjadi umat yang hanya bermental terbelakang. Allah Swt berfirman, “Kalian adalah sebaik–sebaik ummat yang dilahirkan untuk menjadi manusia, karena kalian menyuruh berbuat yang makruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah Swt”.
Label: Mutiara Kehidupan
Antara ilmu & Harta
Oleh: Ahmad Awalludin Namat
Pada suatu ketika, Rasulullah SAW pernah menyatakan “Bahwa dirinya diibaratkan seperti kota ilmu, sedangkan Ali Bin Abi Thalib Ra adalah gerbang ilmu”. Mendengar pernyataan yang demikian sekelompok kaum Khawarij tidak mempercayainya, mereka tidak percaya apa benar Ali Bin Abi Thalib cukup pandai sehingga ia mendapat julukan”Gerbangnya Ilmu” dari Rasulullah SAW.
Lalu berkumpullah 10 orang dari kaum Khawarij, kemudian mereka bermusyawarah untuk menguji kebenaran pernyataan Rasulullah SAW tersebut, seorang diantara mereka berkata, “Mari kita tanyakan pada Ali tentang suatu masalah saja, dari bagaimana jawaban Ali tentang suatu masalah itu, kita bisa menilai seberapa jauh kepandainnya, bagaimana apakah kalian setuju?”, “Setuju!!!!” Jawab mereka serentak. “Tetapi sebaiknya kita bertanya secara bergiliran saja”, saran yang lain. Dengan begitu kita dapat mencari kelemahan Ali, Namun bila jawaban Ali berbeda-beda, barulah kita percaya bahwa memang Ali adalah orang yang cerdas”. Baik juga saranmu itu, mari kita laksanakan!” sahut lainnya.
Hari yang telah ditentukan telah tiba, Orang pertama datang menemui Ali, lalu bertanya, “Manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?”, ”Tentu saja lebih utama ilmu”, jawab Ali tegas. Kemudian Ali pun menerangkan, “Ilmu adalah warisan para Nabi dan Rasul, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Fir’aun, Namrud, dan lain-lainnya”. Setelah mendengar jawaban Ali yang demikian, orang (pertama) itu kemudian mohon diri. Tak lama kemudian datang orang yang kedua dan bertanya kepada Ali dengan pertanyaan yang sama. “Manakah yang lebih utama ilmu atau harta?”, “Lebih utama ilmu dibandingkan harta” Jawab Ali, Mengapa ? “Karena Ilmu akan menjaga dirimu, sementara harta malah sebaliknya engkau harus menjaganya”. Orang kedua itu pun pergi setelah mendengar Jawaban Ali seperti itu.
Orang yang ketigapun datang menyusul dan bertanya seperti orang sebelumnya, “Bagaimana pendapat tuan bila ilmu dibandingkan dengan harta?” Ali kemudian menjawab bahwa, ”Harta lebih rendah dibandingkan dengan ilmu”, Mengapa demikian tuan ? Tanya orang itu penasaran. “Sebab orang yang mempunyai banyak harta akan mempunyai banyak musuh, sedangkan orang yang kaya ilmu akan banyak orang yang menyayanginya dan hormat kepadanya”. Setelah orang (ketiga) ini pergi, tak lama kemudian orang keempat pun datang dan menenyakan permasalahan yang sama, setelah mendengar pertanyaan tersebut, Ali pun kemudian menjawab, “Ya jelas-jelas lebih utama Ilmu”, Apakah yang menyebabkan demikian ?, Tanya orang itu mendesak, “Karena bila engkau pergunakan harta, jelas-jelas harta akan semakin berkurang, namun bila Ilmu yang engkau pergunakan maka akan semakin bertambah banyak” , Jawab Ali.
Orang kelima pun datang setelah kepergian orang yang keempat dari hadapan Ali, Setelah menjawab pertanyaan orang ini dengan jawaban yang sama yaitu “Lebih utama Ilmu dibandingkan Harta”, Ali pun kemudian menerangkan, “Jika pemilik harta akan ada yang menyebutnya pelit, sedangkan pemilik Ilmu akan dihargai akan di hargai dan disegani”. Orang keenam lalu menjumpai Ali dengan pertanyaan yang sama pula, Ali pun menjawab dengan dengan jawaban yang sama, namun Ali juga tetap memberikan alasan yang berbeda pula. Jawaban Ali tersebut ialah, “Harta akan selalu kita jaga dari kejahatan, sedangkan ilmu akan menjagamu”.
Dengan pertanyaan yang sama, orang ketujuh datang kepada Ali, pertanyaan itu kemudian di jawab Ali. “Pemilik ilmu akan diberi syafaat oleh AllAH SWT dihari kiamat nanti, sementara pemilik harta akan dihisab oleh AllAH kelak”. Kemudian kesepuluh orang tersebut berkumpul lagi, mereka sudah bertanya kepada Ali mengutarakan jawaban yang diberikan Ali, mereka tak menduga setelah setiap jawaban yang Ali berikan, ternyata selalu berbeda. Sekarang tinggal tiga orang yang belum melaksanakan tugsanya, mereka yakin bahwa ketiga orang itu akan mendapat celah kelemahan Ali, sebab ketiga orang itu dianggap orang yang paling pandai diantara mereka.
Orang kedelapan menghadap Ali, lalu bertanya, “Antara Ilmu dan harta, manakah yang lebih utama wahai Ali ?”, Tentunya lebih utama dan lebih penting ilmu”, jawab Ali, “kenapa begitu ?” tanyanya lagi. “Dalam waktu yang lama harta akan habis, sedangkan ilmu malah sebaliknya, ilmu akan abadi” kata Ali menerangkan. Orang kesembilan datang dengan pertanyaan yang sama, Alipun menjawab dengan pertanyaan yang sama, namun tetap dengan alasan yang berbeda, ”Seseorang yang banyak harta akan dijunjung tinggi hanya karena hartanya, sedangkan orang kaya ilmu akan dianggap intelektual” Jawab Ali.
Sampailah pada giliran orang terakhir , ia pun bertanya pada Ali dengan pertanyaan yang sama, kemudian Alipun menjawab, “Harta akan membuatmu tidak senang dengan kata lain akan mengeraskan hatimu, tetapi Ilmu sebaliknya akan menyinari hatimu hingga hatimu menjadi tenang dan tentram karenanya”. Ali pun kemudian menyadari bahwa dirinya telah diuji atau dites oleh orang-orang itu, sehingga ia berkata “Andaikata engkau datangkan orang untuk bertanya, Insya Allah akan aku jawab dengan jawaban yang berbeda-beda pula selagi aku masih hidup”.
Kesepuluh orang itu akhirnya menyerah, mereka percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW itu benar adanya, dan Ali memang pantas mendapat julukan “Gerbang Ilmu”, sedangkan mengenai diri Rasulullah SAW sudah tidak perlu diragukan lagi.
HIKMAH
Dari kisah yang penuh makna di atas, menggambarkan betapa amat sangat penting sekali Ilmu itu bagi kehidupan sehari-hari, dan itu memang benar karena dalam setiap kegiatan yang kita lakukan tak lepas dari yang namanya ilmu, mulai dari hal yang kecil sampai kepada hal-hal yang besar. Contoh sederhananya , memasak harus pakai ilmu agar masakannya enak. Allah SWT berfirman : “Dan Allah SWT telah menundukan apa-apa yang ada dilangit dan dibumi semuanya, (sebagai rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan AllAH SWT) bagi kaum yang berfikir” . (QS Al Jasiyah ayat 13)
Maksudnya manusia diperintahkan untuk berfikir dan hasil daripada berfikir itu sendiri adalah ilmu. Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman : “Hai jamaah jin dan manusia jika kamu sanggup melintasi (menembus) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, niscaya kamu tidak akan dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)”. (QS AR Rohman ayat 33).
Di ayat lain Allah SWT juga berfirman : “.........Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat ,mengambil pelajaran”. (QS Ar Ra’d ayat 19)
Sungguh menyedihkan kalau kita lihat fenomena yang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini. Ketika anak mereka berprestasi dalam bidang umum, mereka akan bangga, bahkan untuk mendapatkan prestasi itu mereka rela mengeluarkan uang yang banyak yaitu dengan cara memberikan jam pelajaran tambahan di luar sekolah atau juga disebut dengan kursus. Tetapi kenapa jarang sekali ada orang tua yang bangga ketika anaknya berprestasi dalam bidang keagamaan, bahkan mereka tidak mengetahui apakah anak mereka bisa membaca Al Qur’an atau tidak, bisa bacaan sholat atau wudhu apa tidak, mereka cenderung cuek akan hal-hal yang seperti itu. Padahal dengan menuntut ilmu agama yang rajin bukanlah hanya untuk menjadi seorang ustadz atau ustadzah, tetapi tujuan kita menuntut ilmu agama tidak lain dan tidak bukan ialah untuk kesempurnaan ibadah kita. Rasulullah SAW bersabda :
“Amal tanpa ilmu maka tertolak”
Maksudnya tertolak ialah tidak diterima amal ibadah kita. Tetapi tidak semuanya tertolak, karena kita beribadah tanpa ilmu juga pasti ada sebabnya. Ada sebab yang dimaafkan dan ada sebab yang tidak dimaafkan. Sebab yang dimaafkan ialah karena ketidaktahuan akan ilmu itu tetapi kita sudah berusaha untuk menuntut ilmu agama. Dan sebab yang tidak dapat dimaafkan adalah karena kita malas untuk menuntut ilmu agama. Apakah kita menginginkan ibadah kita bertahun-tahun tidak diterima oleh AllAH SWT dikarenakan kita malas untuk menuntut ilmu agama? Di Hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda : “Amal yang sedikit akan bermanfaat dengan ilmu, dan amal benyak tidak akan bermanfaat dengan kebodohan“. (Diriwayatkan oleh Ad Dailami dari Anas Bin Malik). Bahkan begitu penting ilmu dalam Islam, hingga Rasulullah mewajibkan untuk menuntut Ilmu, dalam sabdanya : “Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”
Dalam Hadits Rasulullah SAW bersabda: “Kalau ingin bahagia didunia , tuntutlah ilmu. Ingin bahagia di akhirat, tuntutlah ilmu. Jika ingin bahagia kedua-duanya tuntutlah ilmu”
Allah SWT pun sudah menyiapkan ganjaran pagi para penuntut ilmu, yaitu :
Ganjaran Allah SWT bagi para penuntut ilmu :
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat”.
(Qs Al Mujadilah ayat 11)
Hadits Rasulullah SAW:
“Barang siapa yang memudahkan langkah kakinya menuju majlis ilmu maka AllAH akan mudahkan langkah kakinya menuju syurga”
“Barang siapa yang duduk dalam suatu majelis ilmu, maka AllAH akan berikan kepadanya pahala 1000 rokaat sholat sunnah”
Dapat kita lihat dari Ayat Al Quran dan Hadist Nabi SAW bahwa begitu besarnya ganjaran yang Allah SWT berikan kepada kita dari menuntut ilmu khususnya ilmu agama. Setelah kita mengetahui apakah kita masih bermalas-malasan untuk menuntut ilmu, tentunya tidak. Maka dari itu mulaikanlah untuk menyiapkan waktu kita walaupun sedikit untuk menuntut ilmu agama juga disebut dengan mengaji.
Imam Syafi’I dengan kata-kata bijaknya berkata :
“Belajarlah karena tiada seorang pun yang dilahirkan dengan membawa ilmu , Dan Jelaslah beda orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu”
YA RAHMAN JALLA JALAA-LUH
Mengenal nama-nama Ilahiyah, yang dengan nama-Nya kita meratap, memohon, bermunajat, dan mengharap dengan tidak ada kesangsian dan keraguan kepada-Nya adalah suatu keharusan jika kita menginginkan kehidupan keabadian di sisi-NYA. Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh dia telah meminta kepada Allah dengan Asma (nama-nama) Allah yang agung dimana bila Dia diminta Dia memberi, bila dipanggil, dengannya Dia menjawab (mengabulkan)”. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Imam Hadits yang empat lainnya dari Anas Bin Malik r.a).
Dengan kemampuan menghapal nama-nama-Nya, baik secara dzohir maupun secara bathin, kita akan menuju taman-taman indah, yang keindahannya tak pernah ada di dunia, tak pernah dapat kita bayangkan, dan bahkan tak akan pernah terbayangkan ataupun terlukiskan oleh siapapun. Taman yang telah disediakan oleh Allah SWT yaitu Taman Syurga. Dan sudah tentu harapan kita semua adalah mendapatkan kebahagiaan di Taman Syurga tersebut. Maka salah satu jalan untuk menuju keridhoan-NYA adalah dengan menghapal Asma-Nya, menghapal secara dzohir serta memaknai secara bathin akan Asma AllAH dengan pengertian meresapi dengan penuh makna.
Ya Rahman Jalla Jalaa-luh artinya Maha Pengasih. Sebagai Ar-Rahman, Allah SWT mengasihi seluruh makhluk-Nya tanpa pandang bulu. Semua makhluk dan semua manusia dikasihi-Nya secara tulus, baik mereka yang beriman kepada-Nya ataupun yang mengkufuri-Nya, semuanya dikasihi dengan adil dan merata. Karenanya bisa saja seorang non muslim mendapatkan kelimpahan sesuatu dari Allah SWT, bisa berupa harta, kesehatan ataupun kejayaan. Hanya saja, limpahan Ar-Rahman ini terbatas untuk diberikan di dunia yang fana dan tidak berlanjut ke dunia akhirat nanti. Menyebutkan nama atau asma Allah SWT pada saat kita berdoa membawa keberkahan sendiri. Dengan menyebut "Ya Rahman!" sebanyak 500x apabila dizikirkan sesudah sholat 5 waktu, maka hati akan menjadi terang, tenang dan sifat-sifat pelupa dan gugup akan hilang dengan izin Allah.Tetapi bagaimanakah kita bisa meneladani nama atau asma Allah dalam kehidupan sehari-hari? Apabila kita menerobos lebih jauh dalam keseharian kita, seringkali kita bersikap acuh tak acuh terhadap orang yang tidak satu golongan dengan kita, tidak satu partai dengan kita, tidak satu mazhab dengan kita, tidak satu paham dengan kita, tidak satu “keyakinan” dengan kita. Padahal kalau Allah SWT saja yang menciptakan kita tidak pernah pilah pilih siapa yang akan Dia berikan Rahmat dan Karunia-Nya, apakah kita yang hanya manusia biasa dapat menghakimi orang lain?
Dalam menjalani kehidupan di dunia, terkadang kita ingat kepada-Nya tapi terkadang pula kita lupa kepada-Nya. Sedangkan Allah tak akan pernah ingkari janji yaitu Syurga bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya dan Neraka bagi orang yang durhaka kepada-Nya. Selain itu, Allah SWT juga tidak akan pernah lupa kepada kita untuk memberi nikmat-Nya kepada kita. Namun semua itu kita kembalikan kepada sang Ar-Rahman, hanya Allah SWT yang tahu karena Dialah yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada di bumi maupun apa yang dilangit.
Keterbatasan kita sebagai makhluk dalam hal berbuat dan bersikap, akan bertambah tak terkendali dengan beralasan kebenaran semata, karena kita tidak mau melihat segala ajaran islam secara “Kaffah” atau utuh. Maha pengasihnya Allah SWT, mampu kita reduksi dalam keseharian kita. Berbuatlah kebaikan tanpa harus melihat sisi yang buruk dari awal, akan tetapi berbuat kebaikan didasari dengan rasa ikhlas, itulah prinsip yang harus dikedepankan. Pengasih dalam hal kebaikan, namun jika membawa keburukan maka sebaiknya dihindarkan. Jika umat Islam memandang segala sesuatu dengan pandangan Ar-Rahman, akan lahir segala bentuk kebaikan yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Maha Rahman-Mu Ya Allah, jadikan diri, hati, jiwa kami menjadi manusia yang berbuat kebaikan tanpa diiringi embel-embel perhormatan. Jangan jadikan pula diri hati serta jiwa kami. Yaa Rahman, janganlah kami menahan segala bentuk kebaikan hanya karena perbedaan paham, golongan dan keyakinan. Yaa Rahman, alirkan kedarah kami, hujamkan ke jantung kami, getarkan ke hati kami makna Rahman-Mu agar dapat tangan, kaki, mulut kami melahirkan kebaikan-kebaikan tanpa syarat.